Kamis, 28 April 2011

Harga Gas di Bengkulu Mencapai 25 Ribu

Petugas kepolisian Sukoharjo sedang memeriksa kondisi tabung gas 3 Kg di pabrik pembuatan tabung gas yang terletak di Jl. Melati Raya, grogol, Sukoharjo, Sabtu (31/7). Puluhan ribu tabung gas kapasitas 3kg tersebut diduga ilegal, dan saat ini masih dalam pemeriksaan oleh pihak kepolisian. Tempo/Andry Prasetyo.

TEMPO Interaktif, Bengkulu – Harga gas 3 kilogram di Bengkulu, khususnya di daerah pedesaan, melambung hingga mencapai Rp 25 ribu. Kenaikan terjadi karena pemerintah daerah hingga kini belum menetapkan harga eceran tertinggi (HET).
Yandiono, 37 tahun, warga Batik Batik Nau Kabupaten Bengkulu Utara mengaku kesal dengan program konversi minyak tanah ke gas. “Kita semua dipaksa menggunakan gas elpiji dengan cara mencabut subsidi minyak tanah, tapi kebijakan untuk mengatur harga gas belum siap,” kata Yandiono, Kamis 28 April 2011.

Yandiono sendiri baru beberapa minggu menggunakan tabung gas beserta kompor yang dibagikan pemerintah tersebut akibat terjadi kelangkaan dan mahalnya minyak tanah saat ini. Ia pun menuntut pemerintah segera menetapkan HET.

Mahalnya harga gas tidak hanya terjadi di Bengkulu Utara, tapi juga di Desa Medan Jaya Kabupaten Muko-muko.

Kepala Desa Medan Jaya Jhon mengungkapkan harga isu ulang elpiji 3 Kg mencapai Rp 26 ribu. “Padahal di luar Muko-muko harga eceran Rp 15 ribu. Dengan harga yang ada saat ini tentu saja menyusahkan kami,” ujarnya.

Mengenai tingginya harga isu ulang elpiji tersebut, Asisten II Pemprov Fauzan Rahim mengatakan jika pihaknya telah melayangkan surat edaran kepada pemerintah kabupaten terkait HET sebesar Rp 13.500 untuk jarak 60 kilometer dari SPBE.

Namun, menurut Fauzan, hal itu masih dalam bentuk imbauan, yang diharapkan para kepala daerah segera menetapkan HET yang nantinya akan ditetapkan dalam pergub.

“Kami inginnya segera karena kami juga tahu harga yang ada sekarang sangat bervariasi dan melambung,” ujar Fauzan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar